Selasa, 15 Maret 2016

makalah hipoglikemia



                                                                       BAB I
                                                            PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang

Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukosa darah. Teknik terbaru, seperti menggunakan penganalisa oksidase glukosa darah. Teknik terbaru, seperti menggunakan penganalisa oksidase glukosa, atau optical bedsise glucose analyzer ( mis, One Touch ), lebih bermakna untuk tujuan skrining di ruang rawat, karena interpretasi warna terkadang tidak subjektif. Pada praktik klinik, bayi dengan kadar glukosa kurang dari 40 mg/dL memerlukan intervensi. Juga nilai glukosa plasma < 20 hingga 25 mg/dL harus diterapi dengan pemberian glukosa per parenteral, tanpa mempertimbangkan usia atau masa gestasi.
            Munculnya gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bayi. Gejala biasanya muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan 72 jam setelah kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami stress berat. Saat bayi berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL atau lebih adalah hasil yang diharapkan tanpa mempertimbangkan berat badan, usia gestasi atau faktor predisposisi lainnya. Manifestasi klinis sangat beragam yaitu mencakup gemetar atau kejang, iritabilitas, letargi atau hipotonia, pernapasan tidak teratur, apnea, sianosis, pucat, menolak untuk mengisap atau kurang minum ASI, menangis dengan suara melengking atau melemah, hipotermia, diaporesis atau aktivitas kejang neonatus. Jika bayi hipiglikemia dibiarkan tidak mendapat terapi dapat menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental. Terkait dengan hal tersebut, maka penulis menyusun makalah ini guna memberikan pengetahuan mengenai persoalan hipoglikemia.

B.       Tujuan

1.    Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui gejala hipoglikemia serta penanganannya
            2. Tujuan Khusus
          a.    Untuk mengetahui pengertian dari hipoglikemia
          b.    Untuk mengetahui penyebab hipoglikemia
          c.    Untuk mengetahui faktor resiko dari hipoglikemia
          d.    Untuk mengetahui tanda gejala dari hipoglikemia
          e.    Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hipoglikemi.
                                                                        BAB II
                                                            TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian Hipoglikemia

     Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
Definisi hipogikemia pada anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun berdasarkan . pendapat dari beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti terlihat pada tabel.
     Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak:

Kelompok Umur
Glokuse <mg/dl 
Darah Plasma/serum
Bayi/anak
<40 mg/100 ml
<45 mg/100 ml
Neonatus
* BBLR/KMK
* BCB
<20 mg/100 ml
<25 mg/100 ml
0-3 hari
<30 mg/100 ml
<35 mg/100 ml
3 hari
<40 mg/100 ml
<45  mg/100 ml

Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun.

B.  Patofisiologi
       Hipoglikemi sering terjadi pada  BBLR, karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi hipoglikemi. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf pusat bahkan sampai kematian. Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan diabetes melitus.

       1.  Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup  selama   proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
       2.          Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada karena         meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya  pada asfiksia,  hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.

C.     Penyebab
1.    Dosis suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham dosis obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2.    Lupa makan atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.

3.    Aktifitas terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4.    Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan menurun.
5.    Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan anda mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami hipoglikemia.
6.    Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7.    Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8.    Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru menggantikannya.

9.    Gangguan hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.

C.  Faktor Resiko
1. Bayi dari ibu dengan diabetes. Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol memiliki kadar glukosa darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga merangsang pembentukan insulin pada neonatus. Saat lahir, kadar glukosa darah tiba-tiba turun karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal kadar insulin masih tinggi, sehingga terjadi hipoglikemia. Pencegahannya adalah dengan mengontrol kadar glukosa darah pada ibu hamil.
2. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya lahir dari ibu dengan toleransi glukosa yang abnormal.
3. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi sudah mengalami kekurangan gizi, sehingga tidak sempat membuat cadangan glikogen, dan kadang persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK mempunyai kecepatan metabolisme lebih besar sehingga menggunakan glukosa lebih banyak daripada bayi yang berat lahirnya sesuai untuk masa kehamilan (SMK), dengan berat badan yang sama. Meskipun bayi KMK bugar, bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan lebih banyak perhatian. Bayi KMK perlu diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih hipoglikemia, sehingga memerlukan pemberian suplementasi dan kadang memerlukan cairan intravena sambil menunggu ASI ibunya cukup.
4.  Bayi kurang bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada trimester ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan glikogen ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.
5.     Bayi lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang. Asupan glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin menggunakan cadangan glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal sedikit, sehingga bayi mudah mengalami hipoglikemia.
6.  Pasca asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak sekali memakai persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram glukosa hanya menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa bisa menghasilkan 38 ATP.
7.  Polisitemia. Bayi dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi perlambatan aliran darah.
8.  Bayi yang dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang terlambat. Bayi dapat mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah tidak mencukupi
9.    Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu hamil dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan metabolisme yang tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi lain.
10.  Bayi sakit. Bayi kembar identik yang terjadi twin to twin tranfusion, hipotermia, distress pernapasan, tersangka sepsis, eritroblastosis fetalis, sindrom Beckwith-Wiedermann, mikrosefalus atau defek pada garis tengah tubuh, abnormalitas endokrin atau inborn error of metabolism dan bayi stres lainnya, mempunyai risiko mengalami hipoglikemia.
11.  Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah. Ibu yang mendapatkan pengobatan (terbutalin, propanolol, hipoglikemia oral), ibu perokok, ibu yang mendapat glukosa intra vena saat persalinan, dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada bayinya.


D.  GEJALA
Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung berdebar-debar, dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.
Pada penderita tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan olahraga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.

  Tanda Gejala
a.       Gerakan gelisah (Jitteriness) atau tremor
b.      Sianosis.
c.       Kejang
d.       Letargi dan menyusui yang buruk.
e.       Apnea.
f.       Tangisan yang lemah atau bernada tinggi.
g.      Hipotermia.
h.      Kesulitan makan
i.        Keringat banyak
j.        Mual muntah

E.  Penatalaksanaan
1.      Monitor Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari pertama : Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan. Kadar glukosa ≤  45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia.
2.       Hipoglikemia harus diperlakukan sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi kerusakan neurologis. Awal makan bayi yang baru lahir dengan ASI atau susu formula dianjurkan. Bagi mereka yang tidak mampu untuk minum, selang nasogastrik dapat digunakan. Andalan terapi untuk anak-anak yang waspada dengan perlindungan jalan nafas utuh termasuk jus jeruk pada 20 mL / kg.
3.        Bagi mereka yang tidak bisa melindungi jalan napas mereka atau tidak dapat minum, rute nasogastrik, intramuskular, intraosseous, atau IV dapat digunakan untuk obat berikut digunakan untuk meningkatkan kadar glukosa: dekstrosa, glukagon, diazoxide, dan octreotide. Laporan kasus telah menunjukkan bahwa nifedipin dapat membantu untuk mempertahankan normoglikemia pada anak dengan PHHI.
   Kortisol tidak boleh digunakan, karena memiliki manfaat akut minimal dan dapat menunda diagnosis penyebab hipoglikemia. Kortisol merangsang glukoneogenesis dan menyebabkan penurunan penggunaan glukosa, yang mengarah ke peningkatan glukosa darah secara keseluruhan dan dapat menutupi penyebab sebenarnya dari hipoglikemia.

 Pengobatan Hipoglikemia
*      Neonatus
a)   Hipoglikemia asimptomatik
Jika pemeriksaan uji dextrostix menunjukkan kadar gula darah rendah, harus dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorik. Bila hasil pemeriksaan laboratorik juga menunjukkan kadar gula rendah (hipoglikemia), diberikan infus gltikose 6-8mg/kg BB/menit sampai kadar glucose darah menjadi normal.
b)   Hipoglikemia simptomatik
Bila klinik dan uji dextrostix menunjukkan hipoglikemia, keadaan ini harus dikuatkan oleh pemeriksaan laboratorik. Infus glukose harus segera dimulai (glukose peroral bukan merupakan pengan adekuat untuk hipoglikemia simptomatik). Glukagon bisa diberikan selama terpasang infus glukose. Jika pemeriksaan laboratorik menunjukkan hipoglikemia dan gejala hilang sesudah pemberian glukose IV, ini membuktikan adanya hipoglikemia simptomatik. Pengobatan dilanjutkan dengan glukose parenteral 8 ­ 10 mg/kg BB/ menit. Makanan rikan NaCl (2-3 meq)/kgBB/hari sesudah 12 jam untuk mencegah hiponatremia. Dua puluh empat jam kemudian diberikan KC1 1-2 meq/kgBB/hari. Kadar gula darah dipantau setiap 4-6 jam sampai kadar gula darah tetap normal. Selanjutnya glucose hipertonik ini secara perlahan-lahan dikurangi kecepatan tetesannya (10­8­6­4 mg/kgBB/menit) dengan larutan glukose 5% untuk mencegah reaksi hipoglikemia.
Pengobatan glukose parenteral ini biasa diperlukan 48­72 jam. Penderita semacam ini berjumlah 15% kasus dan disebut hipoglikemia simptomatik transient.
c ) Hipoglikemia neonatus menetap/berulang
Sejumlah kasus (1-12%) yang gejala kliniknya menetap/berulang meskipun sudah diberikan glukose IV 12-16 mg/kgBB/menit, maka harus dipikirkan penyebab primemya. Diambil darah 5-10 cc sebelum dan sesudah pemberian glukagon (30 mikrogram/kgBB IV/IM/IC tidak lebih dari .1 mg).
*      Bayi
Makan makanan hidrat arang yang sering telang digunakan dengan hasil bervariasi. Sekarang telang digunakan pengobatan dengan pemberian makanan melalui naso gastric drips. Kurang lebih 1/3 dari energi total sehari diberikan dalam bentuk glukose dengan kecepatan 46 mg/kgBB/menit selama malam hari dengan menggunakan pompa otomatis. Makanan pagi harinya harus diberikan sebelum sonde dicabut. Pengobatan ini akan memperbaiki asidosis kronis, zat-zat kimia darah menjadi normal, perdarahan hidung berhenti, mengecilnya hepatomegali dan diikuti dengan percepatan pertumbuhan.

*      Anak
Hipoglikemi Akietosis :Pengobatan dasar dan penyakit ini terdiri atas tindakan sederhana menghindari puasa lebih dari 1 jam dan hindari penyebab-penyebab muntah. Jika hal ini tidak mungkin maka dapat dilakukan pencegahan dengan minum air gula (air jeruk manis) pada malam hari selama beberapa tahun sampai anak mencapai umur kurang lebih 8 tahun.
Dalam keadaan serangan hipoglikemia diberikan segera 1-2 ml glukose 50%/kgBB IV, dilanjtkan dengan infuse glukose 10%. Diet tinggi protein tinggi hidrat arang dengan pemberian 4-5 kali/hari.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Hipoglikemia ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
        Penyebab hipoglikemia yaitu  dosis suntikan insulin terlalu banyak, lupa makan atau makan terlalu sedikit, aktifitas terlalu berat, minum alkoholtanpa disertai makan, menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari,penebalan di lokasi suntikan, kesalahan waktu pemberian obat dan makanan,penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa, gangguan hormonal, pemakaian aspirin dosis tinggi, riwayat hipoglikemia sebelumnya.
        Secara garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam porsi kecil.
C.      Saran.
·         Kepada klien agar lebih mengetahui tentang hipoglikemi baik pengertian maupun gejalanya, sehingga apabila dijumpai tanda gejala hipoglikemi tersebut maka klien segera ke tempat pelayanan kesehatan.
·         Kepada tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat memberi penanganan segara bila menemui kasus hipoglikemi, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.
·         Kepada pembaca agar memahami apa itu hipoglikemi dan pencegahan yang dapat di lakukan, sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.
  
DAFTAR PUSTAKA
Ladewig, Patricia. 2006. Buku Saku Asuhan Neonatus, Bayi Baru Lahir. Jakarta : Buku Kedokteran EGC