BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Indonesia menghadapi masalah dengan
jumlah dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dengan kelahiran 5.000.000 per
tahun. Untuk dapat mengangkat derajat kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara
bersamaan pembangunan ekonomi dan keluarga berencana (KB) yang merupakan sisi
masing-masing mata uang. Bila gerakan keluarga berencana tidak dilakukan
bersamaan dengan pembangunan ekonomi, dikhawatirkan hasil pembangunan tidak
akan berarti.
Pendapat Malthus – yang
mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan mengembangkan sumber daya alam
laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan dan perkembangan laksana deret
ukur, sehingga pada satu titik sumber daya alam tidak mampu menampung
pertumbuhan manusia telah menjadi kenyataan. Berdasarkan pendapat demikian
diharapkan setiap keluarga, memperhatikan dan merencanakan jumlah keluarga yang
diinginkan.
Pengaturan kelahiran melalui
program KB berdampak signifikan terhadap peningkatan kelangsungan hidup ibu, bayi
dan anak. Oleh karenanya program KB telah diakui secara internasional sebagai
salah satu upaya pokok dalam program safe motherhood and child survival.
Gerakan keluarga berencana nasional
Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia menganggap
Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna. Seperti
diketahui bahwa KB mencakup dua tujuan utama : a) Pengaturan jarak kelahiran
(“spacing”) dan b) memenuhi keinginan suami-istri untuk tidak ingin lagi
menambah anak (“limiting”). Masyarakat Indonesia dapat menerima hampir semua
metode medis teknis KB yang dicanangkan oleh pemerintah. Salah satu metode KB
yaitu Metode Modern Kontrasepsi
Hormonal. Metode modern kontrasepsi hormonal terbagi menjadi tiga, yaitu
kontrasepsi suntik, kontrasepsi oral, dan kontrasepsi implan.
Materi hand out yang akan
dipelajari kali ini adalah kontrasepsi implan.
Kontrasepsi implan disebut juga alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK),
karena insersinya pada bagian subdermal. Kontrasepsi implan berisi hormon
progestin dalam dosis rendah, yang mempunyai masa kerja panjang.
Tujuan akhir dari hand out ini
adalah memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai pelayanan kontrasepsi
implan. Kontrasepsi implan yang akan dibahas meliputi pengertian dan cara kerja
kontrasepsi implan, jenis-jenis kontrasepsi implan, keuntungan dan kerugian
kontrasepsi implan yang menggunakan metode ceramah, tanya jawab, brain storming
dan penugasan.
Pada dasarnya setiap orang termasuk
mahasiswa memiliki kemampuan untuk menstransformasikan dirinya sendiri. Untuk
memperbaiki kemampuan ini merupakan salah satu aktivitas yang menantang, namun
juga sangat mengasyikkan, berguna dan menyenangkan. Oleh karena itu, mari kita
mulai petualangan penempaan kemampuan diri ini.
B.
Tujuan
1. Tujuan
Umum :
a. Memenuhi
tugas mata kuliah Pelayanan Keluarga Berencana mengenai KB Implant;
b. Mendiskripsikan
mengena KB implant pada masyarakat umum.
2. Tujuan
Khusus :
a. Memberi
info kepada ibu tentang KB Implant;
b. Mendiskripsikan
jenis KB Implant;
c. Mendiskripsikan
efek samping KB Implant;
d. Mendiskripsikan
tata laksana KB Implant.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Kontrasepsi dan Cara Kerja Kontrasepsi Implant
1.
Pengertian
Kontrasepsi
a. Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya
mengandung progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan reversibel
untuk wanita (Speroff & Darney, 2005).
b. Kontrasepsi Implan adalah sistem norplant dari implan subdermal levonorgestrel yang terdiri dari
enam skala kapsul dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan sylastic,
masing-masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal dengan
masa kerja lima tahun (Varney, 1997).
2. Cara
Kerja Kontrasepsi Implant
a. Lendir serviks menjadi kental
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek
nyata terhadap terhadap mucus serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya
menurun, yang membentuk sawar untuk penetrasi sperma.
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
Levonorgestrel
menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium yang diinduksi
estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah
implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian, tidak ada bukti
mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna implan.
c. Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan
sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma.
d. Menekan ovulasi
Levonorgestrel
menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing hormone (LH), baik pada
hipotalamus maupun hipofisis, yang penting untuk ovulasi.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa :
B. Indikasi dan
Kontraindikasi
1. Indikasi
a.
Pemakaian KB yang jangka waktu lama;
b.
Masih berkeinginan punya anak lagi,
tapi jarak antara kelahirannya tidak terlalu dekat;
c.
Tidak dapat memakai jenis KB yang
lain.
2. Kontra
Indikasi
a.
Hamil atau diduga hamil, Pendarahan
Vagina tanpa sebab;
b.
Wanita dalam usia reproduksi;
c.
Telah atau belum memiliki anak;
d.
Menginginkan kontrasepsi jangka
panjang (3 tahun untuk Jadena);
e.
Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi;
f.
Pasca persalinan dan tidak menyusui;
g.
Pasca keguguran;
h.
Tidak menginginkan anak lagi, tetapi
menolak kontrasepsi mantap;
i.
Riwayat kehamilan ektopik;
j.
Tekanan darah <180/110 mmHg,
dengan masalah pembekuan darah, atau amenia bulan sabit (sickle cell);
k.
Tidak boleh menggunakan kontrasepsi
hormonal yang mengandung estrogen;
l.
Sering lupa menggunakan pil;
m.
Perdarahan pervaginan yang belum
diketahui penyebabnya;
n. Benjolan/kanker
payudara atau riwayat kanker payudara;
o. Tidak dapat
menerima perubahan pola haid yang terjadi;
p. Miom uterus
dan kanker payudara;
q. Gangguan
toleransi glukosa.
C. Jenis-jenis Impant
1. Norplant
Dipakai
sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm , dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar antara 50 – 85
mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian menurun sampai 30 – 35 mcg per hari
untuk lima tahun berikunya. Saat ini norplant yang paling banyak dipakai.
2. Implanon
Terdiri
dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga, yang
dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/disposable, dengan panjang
kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti EVA (Ethylene Vinyl
Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Pada
permulaannya kecepatan pelepasan hormonnya adalah 60 mcg per hari, yang
perlahan-lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya.
3. Jadena dan Indoplant
Terdiri
dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
4. Uniplant
Terdiri
dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung 38 mg
nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 μg per hari dan lama
kerja 1 tahun.
5. Capronor
Terdiri
dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan progestin dari
bahan pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringan tubuh.
Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu dikeluarkan lagi misal pada norplant.
Tetapi sekali bahan pembawa tersebut mulai larut, ia tidak mungkin dikeluarkan
lagi. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan
menghilangkan kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah. Kapsul ini
mengandung levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton.
Mempunyai
diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm mengandung 16
mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg
levonorgestrel. Lama kerja 12 – 18 bulan. Kecepatan pelepasan levonorgestrel
dari kaprolakton adalah 10 kali lebih cepat dibandingkan silastic.
D.
Keuntungan
dan Kerugian Kontrasepsi Implant
1.
Keuntungan Kontrasepsi
Implan, meliputi :
a. Daya guna tinggi
Kontrasepsi
implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan yang aman dan sangat
efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati efektivitas teoretis.
Efektivitas 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan.
b. Perlindungan jangka
panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi
implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja paling pendek yaitu
satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan masa kerja paling
panjang pada jenis norplant.
c. Pengembalian kesuburan
yang cepat
Kadar
levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat diukur
dalam 48 jam setelah pengangkatan
implan. Sebagian besar wanita memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya
dalam bulan pertama setelah pengangkatan.
Angka
kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan sama dengan angka kehamilan
pada wanita yang tidak menggunakan metode kontrasepsi dan berusaha untuk hamil.
Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan di masa depan.Kembalinya kesuburan
setelah pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada dalam
batas-batas normal. Implan memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat
karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan implan demikian cepat.
d. Tidak memerlukan
pemeriksaan dalam
Implan
diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
e. Bebas dari pengaruh
estrogen
Tidak
mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung hormon progestin
dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat tepat dalam
penggunaan kontrasepsi implan.
f. Tidak mengganggu
kegiatan sanggama
Kontrasepsi
implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena diinsersikan pada bagian
subdermal di bagian dalam lengan atas.
g. Tidak mengganggu ASI
Implan
merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui. Tidak ada efek
terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal.
Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam tiga bulan), implan
dapat diisersikan segera Postpartum.
h. Klien hanya kembali ke
klinik bila ada keluhan
i.
Dapat
dicabut setiap saat
j.
Mengurangi
jumlah darah haid
Terjadi
penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
k. Mengurangi /
memperbaiki anemia
Meskipun
terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari perdarahan di atas pola haid
pra-pemasangan, konsentrasi hemoglobin para pengguna implan meningkat karena
terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
2.
Kerugian Kontrasepsi
Implant, meliputi :
Pada
kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan
pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau
meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea.
Sejumlah
perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan, kira-kira 80%
pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval antar perdarahan,
durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak perdarahan).
Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang dari 10%
setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang biasanya
terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun
kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.
Timbulnya
keluhan-keluhan, seperti :
a.
Nyeri
kepala
Sebagian
besar efek samping yang dialami oleh pengguna adalah nyeri kepala; kira-kira
20% wanita menghentikan penggunaan karena nyeri kepala.
b.
Peningkatan
berat badan
Wanita
yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan berat badan
dibandingkan penurunan berat badan.
Penilaian
perubahan berat badan pada pengguna implan dikacaukanoleh perubahan olahraga,
diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan
aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidakmempunyai
dampak klinis apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan lima tahun pada 75 wanita
yang menggunakan implan Norplant dapat menunjukkan tidak adanya peningkatan
dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada hubungan antara perdarahan yang tidak
teratur dengan berat badan).
c.
Jerawat
Jerawat,
dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan keluhan kulit yang
paling umum di antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas
androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu dampak langsung dan juga
menyebabkan penurunan dalam kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex
hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik
levonorgestrel maupun testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral
kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar
SHBG-nya (suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang
tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan makanan,
praktik higiene kulit yang baik dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit,
dan pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel klindamisin 1%,
atau reitromisin topikal).
Penggunaan
antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk terus menggunakan
implan.
d.
Perubahan
perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
Pemasangan
dan pengangkatan implan menjadi pengalaman baru bagi sebagian besar wanita.
Sebagaimana dengan pengalaman baru manapun, wanita akan menghadapinya dengan
berbagai derajat keprihatinan serta kecemasan. Walaupun ketakutan akan rasa
nyeri saat pemasangan implan merupakan sumber kecemasan utama banyak wanita,
nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah yang dibayangkan.
Pada
kenyataannya, sebagian besar pasien mampu menyaksikan dengan santai proses
pemasangan atau pengangkatan implannya. Wanita harus diberitahu bahwa insisi
yang dibuat untuk prosedur tersebut kecil dan mudah sembuh, meninggalkan
jaringan parut kecil yang biasanya sukar dilihat karena lokasi dan ukurannya.
e.
Membutuhkan
tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
Implan
harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat melalui prosedur pembedahan yang
dilakukan oleh personel terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan
metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan yang mengalami
komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik
dengan cara pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan pemasangan serta
pencabutan implan.
f.
Tidak
memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS.
Implan
tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual
seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia. Pengguna
yang berisiko menderita penyakit menular seksual harus mempertimbangkan untuk
menambahkan metode perintang (kondom) guna mencegah infeksi.
g.
Klien
tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi.
Dibutuhkan
klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.
h.
Efektivitas
menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy
(fenitoin dan barbiturat).
Obat-obat
ini sifanya menginduksi enzim mikrosom hati. Pada kasus ini, penggunaan implan
tidak dianjurkan karena cenderung menigkatkan risiko kehamilan akibat kadar
levonorgestrel yang rendah di dalam darah.
i.
Insiden
kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.
Angka
kehamilan ektopik selama menggunakan kontrasepsi implan adalah 0,28 per 1000
wanita per tahun penggunaan.
Walaupun
risiko terjadinya kehamilan ektopik selama menggunakan implan rendah, jika
kehamilan memang terjadi, kehamilan ektopik harus dicurigai karena kira-kira
30% kehamilan pada saat menggunakan implan merupakan kehamilan ektopik.
Angka Kehamilan Ektopik per 1000 Wanita per Tahun Penggunaan *
Pengguna bukan
kontrasepsi, semua usia
|
3,0 – 4,5
|
Copper T-380 IUD
|
0,20
|
Implan
|
0,28
|
* Centers for Disease
Control and Prevention, Ectopic Pregnancy in the United States
E.
Efek
Samping
1. Efek samping paling utama dari implant adalah
perubahan pola haid, yang terjadi pada kira-kira 6 % akseptor terutama selama
3-6 bulan pertama dari pemakaian.
2. Yang paling sering terjadi:
a. Bertambahnya hari-hari perdarahan dalam 1
siklus haid
b. Perdarahan bercak (spotting)
c. Berkurangnya panjang siklus haid
d. Amenore, meskipun jarang terjadi dibandingkan
perdarahan lama atau perdarahan bercak.Umumnya perubahan-perubahan haid
tersebut tidak mempunyai efek yang membahayakan diri akseptor. Meskipun terjadi
perdarahan lebih sering daripada biasanya, volume darah yang hilang tetap tidak
berubah.
3. Pada sebagian akseptor, perdarahan ireguler
akan berkurang dengan berjalannya waktu.
4. Perdarahan hebat jarang terjadi (Cahyani,
2009).
5. Perubahan dalam periode menstruasi merupakan
keadaan yang paling sering ditemui. Kadang-kadang ada akseptor yang mengalami
kenaikan berat badan (Gunawan, 1999).
F. Pemasangan dan
Pencabutan Implant
1.
Pemasangan Implant:
a. Pelaksanaan Pelayanan
Ruangan klinik pasien rawat jalan maupun ruang operasi cocok untuk pemasangan maupun pencabutan implan.
Ruangan klinik pasien rawat jalan maupun ruang operasi cocok untuk pemasangan maupun pencabutan implan.
Bila mungkin,ruangan sebaiknya jauh dari area
yang sering digunakan (ramai) di klinik maupun di rumah sakit,serta harus:
1)
Mamiliki
pencahayaan yang cukup
2)
Berlantai
keramik atau semen sehingga mudah di bersihkan
3)
Terbebas
dari debu dan serangga
4)
Memiliki
ventilasi udara yang baik
5)
Selain
itu juga perlu ada fasilitas untuk mencuci tangan termasuk air bersih dan
mengalir (air kran dan lain-lain).
b. Pencegahan Infeksi
Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun pencabutan implan, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan dari bebas infeksi. Untuk itu petugas perlu melakukan hal-hal sbb:
Untuk meminimalisasi resiko infeksi pada klien setelah pemasangan maupun pencabutan implan, petugas klinik harus berupaya untuk menjaga lingkungan dari bebas infeksi. Untuk itu petugas perlu melakukan hal-hal sbb:
1)
Meminta
klien untuk membersihkan dengan sabun seluruh lengan yang akan dipasang implan
dan membilasnya hingga tidak ada sabun yang tertinggal (sisa sabun dapat mengurangi
efektifitas beberapa anti septik). Langkah ini sangat penting khususnya bila
kebersihan klien
2)
Cuci
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Untuk pemasangan dan
pencabutan batang, cuci tangan dengan sabun selama 5-10 detik kemudian bila
dengan air bersih yang mengalir sudah cukup
3)
Pakai
kedua sarung tangan yang telah disterilisasi atau diDTT. (Gunakan sepasang
sarung tangan yang berbeda untuk tindakan guna menghindari kontaminasi silang
4)
Siapkan
daerah pemasangan dan pencabutan dengan kapas yang telah diberi anti septik:
gunakan forsep untuk mengusap kapas tersebut pada daerah pemasangan/pencabutan
implan.
5)
Setelah
selesai pemasangan maupun pencabutan batang implan,dan sebelum malepas sarung
tangan, dekontaminasi instrumen dengan larutan clorin 0,5%. Sebelum membuang
atau merendam jarum dan alat suntik,isi dahulu dengan larutan clorin. Setelah
pemasangan, pisahkan plunger dari trokar. Darah kering akan menyulitkan waktu
memisahkan plunger dari trokar. Rendam selama 10 menit;kemudian bilas segera
dengan air bersih.
6)
Kain
operasi (drape) harus dicuci sebelum digunakan kembali. Setelah dipakai, taruh
pada wadah kering dan bertutup.
7)
Dengan
tetap memakai sarung tangan, buang bahan-bahan terkontaminsi (kassa,kapas,dll)
kedalam wadah tertutuprapat atau kantong plastik yang tidak bocor. Jarum dan
alat suntik sekali pakai (disposable) harus dibuang kedalam wadah yang tahan
tusuk.
8)
Masukkan
kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan clorin 0,5%.
Lepaskan sarung tangan dari dalam ke luar.
c. Persiapan
1)
Persiapan
Klien
Walaupun kulit dan instrumennya sulit untuk disterilisasi, pencucian dan pemberian antiseptik pada daerah operasi tempat implan akan dipasang akan mengurangi jumlah mikroorganisme di daerah kulit klien.kedua tindakan ini pada kenyataannya sangat bermanfaat dalam mengurangi resiko terjadinya infeksi pada insersi atau pencabutan implan Norplant.
Walaupun kulit dan instrumennya sulit untuk disterilisasi, pencucian dan pemberian antiseptik pada daerah operasi tempat implan akan dipasang akan mengurangi jumlah mikroorganisme di daerah kulit klien.kedua tindakan ini pada kenyataannya sangat bermanfaat dalam mengurangi resiko terjadinya infeksi pada insersi atau pencabutan implan Norplant.
2)
Peralatan
dan Instrumen untuk Insersi :
a) Meja periksa untuk berbaling klien;
b) Alat penyangga lengan (tambahan);
c) Batang implan dalam kantong;
d) Kain penutup steril(disinfeksi tingkat tinggi)
serta mangkok untuk tempat meletakkan implan Norplant;
e) Pasang sarung tangan karet bebas bedak dan yang
sudah steril (atau didisinfeksi tingkat tinggi)Sabun untuk mencuci tangan;
f) Larutan anti septik untuk disinfeksi
kulit(mis,betadin atau sejenis gol povidon iodin lainnya), lengkap dengan
cawan/mangkok anti karat;
g) Zat anastesi lokal (konsentrasi 1% tanpa
epinefrin);
h) Semprit(5-10ml), dan jarum suntik (22G) ukuran
2,5 sampai 4 cm (1-1 1/2inch);
i)
Trokar 10
dan madrin;
j)
Skalpel 11
atau 15;
k) Kassa pembalut, band aid, atau plester;
l)
Kassa
steril dan pembalut;
m) Epinefrin untuk renjatan anafilaktik (harus
tersedia untuk kaperluan darurat);
n) Klem penjepit atau forsep mosquito (tambahan);
o) Bak/tempat instrumen (tertutup).
d. Kunci Keberhasilan Pemasangan
1) Untuk tempat pemasangan kapsul,pilihlah lengan
klien yang jarang digunakan;
2) Gunakan cara pencegahan infeksi yang dianjurkan;
3) Pastikan kapsul-kapsul tersebut ditempatkan
sedikitnya 8 cm diatas lipat siku, didaerah media lengan;
4) Insisi untuk pemasangan harus kecil,hanya
sekedar menembus kulit. Gunakan kalpel atau trokar tajam untuk membuat insisi;
5) Masukkan trokar melalui luka insisi dengan
sudut yang kecil, superfisisl tepat dibawah kulit. Waktu memasang trokar jangan
dipaksakan;
6) Ttrokar harus dapat mengangkat kulit setiap
saat,untuk memastikan memastikan pemasangan tepat dibawah kulit;
7) Pastikan 1 kapsul benar-benar keluar dari
trokar sebelum kapsul berikutnya dipasang (untuk mencegah kerusakan kapsul
sebelumnya,pegang kapsul yangsudah terpasang tersebut dengan jari tengah dan
masuk trokar pelan-pelan disepanjang tepi jari tersebut);
8) Setelah selesai memasang, bila sebuah ujung
kapsul menonjol keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut
dengan hati-hati dan dipasang kembali dalam posisi yang tepat;
9) Jangan dicabut ujung trokar dari tempat insisi
sebelum semua kapsul dipasang dan periksa seluruh posisi kapsul. Hal ini untuk
memastikan bahwa keenam kapsul dipasang dalam posisi benar dan pada bidang yang
sama dibawah kulit;
10) Kapsul pertama dan keenam harus membentuk sudut
75 derajat.
e. Persiapan Pemasangan
1)
Langkah 1
Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang mengalir serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun menurunkan efektivitas antisetik tertentu). Langkah ini sangat penting bila klien kurang menjaga kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya dan mencegah penularan penyakit.
Persilahkan klien mencuci seluruh lengan dengan sabun dan air yang mengalir serta membilasnya. Pastikan tidak terdapat sisa sabun (sisa sabun menurunkan efektivitas antisetik tertentu). Langkah ini sangat penting bila klien kurang menjaga kebersihan dirinya untuk menjaga kesehatannya dan mencegah penularan penyakit.
2)
Langkah 2
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping bila ada) dengan kain bersih.
Tutup tempat tidur klien (dan penyangga lengan atau meja samping bila ada) dengan kain bersih.
3)
Langkah 3
Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan (misalnya : lengan kiri) diletakkan pada lengan penyangga atau meja di samping. Lengan harus disangga dengan baik dan dapat digerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai dengan posisi yang disukai klinis untuk memudahkan pemasangan.
Persilahkan klien berbaring dengan lengan yang lebih jarang digunakan (misalnya : lengan kiri) diletakkan pada lengan penyangga atau meja di samping. Lengan harus disangga dengan baik dan dapat digerakkan lurus atau sedikit bengkok sesuai dengan posisi yang disukai klinis untuk memudahkan pemasangan.
4)
Langkah 4
Tentukan tempat pemasangan yang optimal 8 cm di atas lipatan siku.
Tentukan tempat pemasangan yang optimal 8 cm di atas lipatan siku.
5)
Langkah 5
Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di dalamnya.
Siapkan tempat alat-alat dan buka bungkus steril tanpa menyentuh alat-alat di dalamnya.
6)
Langkah 6
Buka dengan hati-hati kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkuk steril.Bila tidak ada mangkuk steril, kapsul dapat diletakkan dalam mangkuk yang didisinfeksi tingkat tinggi (DDT) atau pada baki tempat alat-alat. Pilihan lain adalah dengan membuka sebagian kemasan dan mengambil kapsul satu demi satu dengan klem steril atau DDT saat melakukan pemasangan. Jangan menyentuh bagian dalam kemasan atau isinya kecuali dengan alat yang steril atau DDT.
Buka dengan hati-hati kemasan steril implan dengan menarik kedua lapisan pembungkusnya dan jatuhkan seluruh kapsul dalam mangkuk steril.Bila tidak ada mangkuk steril, kapsul dapat diletakkan dalam mangkuk yang didisinfeksi tingkat tinggi (DDT) atau pada baki tempat alat-alat. Pilihan lain adalah dengan membuka sebagian kemasan dan mengambil kapsul satu demi satu dengan klem steril atau DDT saat melakukan pemasangan. Jangan menyentuh bagian dalam kemasan atau isinya kecuali dengan alat yang steril atau DDT.
f. Tindakan Sebelum Pemasanagan
1) Langkah
1
cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan kain bersih.
2) Langkah
2
Pakai sarung tangan steril atau DDT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna mencegah kontaminasi silang).
Pakai sarung tangan steril atau DDT (ganti sarung tangan untuk setiap klien guna mencegah kontaminasi silang).
3) Langkah
3
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul untuk memstikan jumlahnya.
Atur alat dan bahan-bahan sehingga mudah dicapai. Hitung kapsul untuk memstikan jumlahnya.
4) Langkah
4
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril atau DTT untuk memegang kasa berantiseptik. (bila memegang kasa berantiseptik hanya dengan tangan, hati-hati jangan sampai mengkontaminsai sarung tangan dengan menyentuh kulit yang tidak steril). Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan. Hapus antiseptik yanga berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.
Persiapkan tempat insisi dengan larutan antiseptik. Gunakan klem steril atau DTT untuk memegang kasa berantiseptik. (bila memegang kasa berantiseptik hanya dengan tangan, hati-hati jangan sampai mengkontaminsai sarung tangan dengan menyentuh kulit yang tidak steril). Mulai mengusap dari tempat yang akan dilakukan insisi ke arah luar dengan gerakan melingkar sekitar 8-13 cm dan biarkan kering (sekitar 2 menit) sebelum memulai tindakan. Hapus antiseptik yanga berlebihan hanya bila tanda yang sudah dibuat tidak terlihat.
5) Langkah
5
Bila ada guanakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul.
Bila ada guanakan kain penutup (doek) yang mempunyai lubang untuk menutupi lengan. Lubang tersebut harus cukup lebar untuk memaparkan tempat yang akan dipasang kapsul.
Dapat juga dengan menutupi lengan di bawah
tempat pemasangan dengan kain steril.
6)
Langkah 6
Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi . Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama memasang kapsul implan.
Setelah memastikan tidak alergi terhadap obat anestesi, isi alat suntik dengan 3 ml obat anestesi . Dosis ini sudah cukup untuk menghilangkan rasa sakit selama memasang kapsul implan.
7)
Langkah 7
Masukkan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit sekitar 4 cm. Hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anestesi sebanyak 1 ml di antara tempat untuk memasang kapsul.
Masukkan jarum di bawah kulit pada tempat insisi, kemudian lakukan aspirasi untuk memastikan jarum tidak masuk ke dalam pembuluh darah. Suntikkan sedikit obat anestesi untuk membuat gelembung kecil di bawah kulit. Kemudian tanpa memindahkan jarum, masukkan ke bawah kulit sekitar 4 cm. Hal ini akan membuat kulit terangkat dari jaringan lunak di bawahnya. Kemudian tarik jarum pelan-pelan sehingga membentuk jalur sambil menyuntikkan obat anestesi sebanyak 1 ml di antara tempat untuk memasang kapsul.
g.
Pemasanagan
Kapsul
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau skalpel untuk memastikan obat anestesi telah bekerja :
Sebelum membuat insisi, sentuh tempat insisi dengan jarum atau skalpel untuk memastikan obat anestesi telah bekerja :
1)
Langkah 1
Pegang skalpel dengan sudut 45◦, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam.
Pegang skalpel dengan sudut 45◦, buat insisi dangkal hanya untuk sekedar menembus kulit. Jangan membuat insisi yang panjang atau dalam.
2)
Langkah 2
Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar :
Ingat kegunaan ke-2 tanda pada trokar. Trokar harus dipegang dengan ujung yang tajam menghadap ke atas. Ada 2 tanda pada trokar :
a)
dekat
pangkal menunjukkan batas trokar dimasukkan ke bawah kulit sebelum memasukkan
setiap kapsul.
b)
dekat
ujung menunjukkan batas trokar yang harus tetap di bawah kulit setelah memasang
setiap kapsul.
3)
Langkah 3
Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di dalamnya masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat ujung tajam seluruhnya berada di bawah kulit. Memasukkan trokar jangan dengan paksaan. Jika terdapat tahanan coba dari sudut lainnya.
Dengan ujung yang tajam menghadap ke atas dan pendorong di dalamnya masukkan ujung trokar melalui luka insisi dengan sudut kecil. Mulai dari kiri atau kanan pada pola seperti kipas, gerakkan trokar ke depan dan berhenti saat ujung tajam seluruhnya berada di bawah kulit. Memasukkan trokar jangan dengan paksaan. Jika terdapat tahanan coba dari sudut lainnya.
4)
Langkah 4
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar ke atas sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada di bidang yang tepat di bawah kulit.
Untuk meletakkan kapsul tepat di bawah kulit angkat trokar ke atas sehingga kulit terangkat. Masukkan trokar perlahan-lahan dan hati-hati ke arah tanda (1) dekat pangkal. Trokar harus cukup dangkal sehingga dapat diraba dari luar dengan jari. Trokar harus selalu terlihat mengangkat kulit selama pemasangan. Masuknya trokar akan lancar bila berada di bidang yang tepat di bawah kulit.
5)
Langkah 5
Saat trokar masuk sampai tanda (1) cabut pendorong dari trokar.
Saat trokar masuk sampai tanda (1) cabut pendorong dari trokar.
6)
Langkah 6
Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Bila kapsul diambil dengan tangan pastikan sarung tangan tersebut bebas dari bedak atau pertikel lain.
Masukkan kapsul pertama ke dalam trokar. Gunakan ibu jari dan telunjuk atau pinset atau klem untuk mengambil kapsul dan memasukkan ke dalam trokar. Bila kapsul diambil dengan tangan pastikan sarung tangan tersebut bebas dari bedak atau pertikel lain.
7)
Langkah 7
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai terasa ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa.
Gunakan pendorong untuk mendorong kapsul ke arah ujung trokar sampai terasa ada tahanan, tapi jangan mendorong dengan paksa.
8)
Langkah 8
Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangna untuk menstabilkan. Terik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah luka insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong. Hal yang penting pada langkah ini adalah menjaga pendorong tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan.
Pegang pendorong dengan erat di tempatnya dengan satu tangna untuk menstabilkan. Terik tabung trokar dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk ke arah luka insisi sampai tanda (2) muncul di tepi luka insisi dan pangkalnya menyentuh pegangan pendorong. Hal yang penting pada langkah ini adalah menjaga pendorong tetap di tempatnya dan tidak mendorong kapsul ke jaringan.
9)
Langkah 9
Saat pangkal menyentuh pegangan pendorong tanda (2) harus terlihat di tepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar. Hal yang penting adalah kapsul bebas dari trokar untuk menghindari terpotongnya kapsul saat trokar digerakkan untuk memasang kapsul berikutnya.
Saat pangkal menyentuh pegangan pendorong tanda (2) harus terlihat di tepi luka insisi dan kapsul saat itu keluar dari trokar tepat berada di bawah kulit. Raba ujung kapsul dengan jari untuk memastikan kapsul sudah keluar seluruhnya dari trokar. Hal yang penting adalah kapsul bebas dari trokar untuk menghindari terpotongnya kapsul saat trokar digerakkan untuk memasang kapsul berikutnya.
10) Langkah
10
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah laterla kanan dan kembalikkan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan itu mula-mula fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-pelan sepanjang sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Hal ini akan memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya. Bila tanda (1) sudah tercapai masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya.
Tanpa mengeluarkan seluruh trokar, putar ujung dari trokar ke arah laterla kanan dan kembalikkan lagi ke posisi semula untuk memastikan kapsul pertama bebas. Selanjutnya geser trokar sekitar 15-25 derajat. Untuk melakukan itu mula-mula fiksasi kapsul pertama dengan jari telunjuk dan masukkan kembali trokar pelan-pelan sepanjang sisi jari telunjuk tersebut sampai tanda (1). Hal ini akan memastikan jarak yang tepat antara kapsul dan mencegah trokar menusuk kapsul yang dipasang sebelumnya. Bila tanda (1) sudah tercapai masukkan kapsul berikutnya ke dalam trokar dan lakukan seperti sebelumnya.
11) Langkah
11
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau ekspulsi pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
Pada pemasangan kapsul berikutnya, untuk mengurangi resiko infeksi atau ekspulsi pastikan bahwa ujung kapsul yang terdekat kurang lebih 5 mm dari tepi luka insisi.
12) Langkah
12
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya telah terpasang.
Sebelum mencabut trokar, raba kapsul untuk memastikan kapsul semuanya telah terpasang.
13) Langkah
13
Ujung dari semua kapsul harus tidak ada tepi luka insisi. Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali di tempat yang tepat.
Ujung dari semua kapsul harus tidak ada tepi luka insisi. Bila sebuah kapsul keluar atau terlalu dekat dengan luka insisi, harus dicabut dengan hati-hati dan dipasang kembali di tempat yang tepat.
14) Langkah
14
Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa, keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit.
Setelah kapsul terpasang semuanya dan posisi setiap kapsul sudah diperiksa, keluarkan trokar pelan-pelan. Tekan tempat insisi dengan jari menggunakan kasa selama 1 menit.
h.
Tindakan
Setelah Pemasangan Kapsul
1)
Menutup
luka insisi :
a)
Temukan
tepi kedua insisi dan gunakan band aid atau plester dengan kassa steril untuk
menutup luka insisi. Luka insisi tidfak perlu dijahit karena dapat menimbulkan
jaringan parut;
b)
Periksa
adanya perdarahan. Tutup daerah pemasangan dengan pembalut untuk hemostasis dan
mengurangi memar (perdarahan subkutan).
2)
Perawatan
klien :
a)
Buat
catatan pada rekam medik pemasangan kapsul dan kejadiian tidak umum yang mungkin
terjadi selama pemasangan;
b)
Amati
klien kurang lebih 15-20 menit untuk kemungkinan perdarahan dari luka insisi
atau efek lain sebelum memulangkan klien. Beri petunjuk untuk perawatan luka
insisi setelah pemaasangan, kalau bisa diberikan secara tertulis.
2. Pencabutan Implan :
a. Pengangkatan Norplant dilakukan atas indikasi :
1) Atas permintaan akseptor (seperti ingin hamil
lagi);
2) Timbulnya efeksamping yang sangat mengganggu
dan tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa;
3) Sudah habis masa pakainya;
4) Terjadi kehamilan.
b. Prosedur Pengangkatan :
1) Alat-alat yang diperlukan: selain dari
alat-alat yang diperlukan sewaktu pemasangan kapsul Norplant diperlukan pula
satu forceps lurus dan satu furseps bengkok.
2) Tentukan lokasi kapsul Norplant (kapsul 1-6),
kalau perlu kapsul di dorong kearah tempat insisi akan dilakukan.
3) Daerah insisi di disinfeksi, kemudian ditutup
dengan kain steril yang berlubang.
4) Lakukan anastesi lokal .
5) Kemudian lakukan insisi selebar 5-7 mm ditempat
yang paling dekat dengan kapsul Norplant.
6) Forceps dimasukan kedalam lubang insisi dan
kapsul didorong dengan jari tangan lain kearah ujung forceps, selanjutnya
forceps dibuka lalu kapsul dijepit dengan ujung forceps.
7) Selanjutnya kapsul yang sudah dijepit kemudian
ditarik pelan-pelan. Kalo perlu dibantu dengan mendorong kapsul dengan jari
tangan lain. Adakalanya kapsul sudah terbungkus dengan jaringan sekitarnya dalm
hal ini dilakukan insisi pada jaringan yang membungkus kapsul tersebut
pelan-pelan sampai kapsul menjadi bebas sehingga mudah menariknya keluar.
8) Lakukan prosedur ini beturut-turut untuk
mengeuarkan kapsul kedua sampai keenam. Jika sewaktu mengeluarkan kapsul
terjadi perdarahan maka hentikan terlebih dahulu perdarahannya.
9) Setelah semua kapsul dikeluarkan dan tidak
terjadi perdarahan tutup luka dengan kassa steril kemudian di plester.
10) Pada umumnya tidak diperlukan jahitan pada
kulit.
11) Informasikan kepada pemakai untuk tidak
membasahi luka selama 3 hari.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kontrasepsi implan adalah kontrasepsi hormonal yang hanya mengandung
progestin dosis rendah, diinsersikan subdermal dengan masa kerja panjang.
2.
Kontrasepsi implan mencegah terjadinya kehamilan dengan cara membuat
lendir serviks menjadi kental, mengganggu proses pembentukan endometrium,
mengurangi transportasi sperma dan menekan ovulasi.
3.
Terdapat enam jenis kontrasepsi implan yaitu norplant, implanon, jadena,
indoplant, uniplant dan capronor.
4.
Beberapa keuntungan kontrasepsi implan antara lain efektivitas implan
sangat tinggi, metode yang baik untuk wanita menyusui serta kembalinya
kesuburan setelah pengangkatan terjadi cepat. Beberapa kerugian yang
berhubungan dengan penggunaan implan, diantaranya menyebabkan kekacauan dalam
pola perdarahan haid hingga 80% pengguna, terutama selama tahun pertama
penggunaan.
B.
Saran
1.
Untuk Pasien : Bila Anda ingin
menghentikan pemakaian implan, segera kunjungi pekerja kesehatan yang
memasangnya atau yang terlatih. Jangan mencoba mencopot sendiri di rumah.
2.
Untuk Petugas Kesehatan : Diharapkan
agar memberikan Pelayanan kontrasepsi lebih Kompoten agar tidak terjadi
komplikasi-komplikasi yang merugikan bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyawati, Aris. 2011. Pelayanan Keluarga Bencana. Salemba Medika : Jakarta.
Noviawati, Dyah.2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Nuha Medika : Jogjakarta.
Bari,
Abdul, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar