BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glukosa serum yang rendah.
Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah
kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir, atau pembacaan strip reagen
oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi dengan uji glukosa darah.
Teknik terbaru, seperti menggunakan penganalisa oksidase glukosa darah. Teknik
terbaru, seperti menggunakan penganalisa oksidase glukosa, atau optical bedsise glucose analyzer ( mis, One Touch ), lebih bermakna untuk tujuan
skrining di ruang rawat, karena interpretasi warna terkadang tidak subjektif.
Pada praktik klinik, bayi dengan kadar glukosa kurang dari 40 mg/dL memerlukan
intervensi. Juga nilai glukosa plasma < 20 hingga 25 mg/dL harus diterapi
dengan pemberian glukosa per parenteral, tanpa mempertimbangkan usia atau masa
gestasi.
Munculnya
gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bayi. Gejala biasanya
muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan 72 jam setelah
kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami stress berat.
Saat bayi berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL atau lebih
adalah hasil yang diharapkan tanpa mempertimbangkan berat badan, usia gestasi
atau faktor predisposisi lainnya. Manifestasi klinis sangat beragam yaitu
mencakup gemetar atau kejang, iritabilitas, letargi atau hipotonia, pernapasan
tidak teratur, apnea, sianosis, pucat, menolak untuk mengisap atau kurang minum
ASI, menangis dengan suara melengking atau melemah, hipotermia, diaporesis atau
aktivitas kejang neonatus. Jika bayi hipiglikemia dibiarkan tidak mendapat
terapi dapat menyebabkan kerusakan otak dan retardasi mental. Terkait
dengan hal tersebut, maka penulis menyusun makalah ini guna memberikan
pengetahuan mengenai persoalan hipoglikemia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui gejala hipoglikemia serta
penanganannya
2. Tujuan
Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari hipoglikemia
b. Untuk mengetahui penyebab hipoglikemia
c. Untuk mengetahui faktor resiko dari hipoglikemia
d. Untuk mengetahui tanda gejala dari hipoglikemia
e. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari hipoglikemi.
BAB
II
TINJAUAN
TEORI
A. Pengertian Hipoglikemia
Hipoglikemia ialah suatu
penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan kadar glukosa
serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar glukosa
di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi baru lahir atau
pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang dikonfirmasi
dengan uji glukose darah.
Definisi hipogikemia pada
anak.belum bisa ditetapkan dengan pasti, namun berdasarkan . pendapat dari
beberapa sarjana dapat dikemukakan angka-angka seperti terlihat pada tabel.
Nilai kadar glukose darah/plasma atau serum
untuk diagnosis Hipoglikemia pada berbagai kelompok umur anak:
Kelompok Umur
|
Glokuse <mg/dl
|
Darah Plasma/serum
|
Bayi/anak
|
<40 mg/100 ml
|
<45 mg/100 ml
|
Neonatus
* BBLR/KMK
* BCB
|
<20 mg/100 ml
|
<25 mg/100 ml
|
0-3 hari
|
<30 mg/100 ml
|
<35 mg/100 ml
|
3 hari
|
<40 mg/100 ml
|
<45 mg/100 ml
|
Istilah
hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah kadar
rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl
pada semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala
hepoglikemia. Umumnya hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 – 2 jam. Hal
ini disebabkan oleh karena bayi tidak mendapatkan lagi glukosa dari ibu,
sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun.
B.
Patofisiologi
Hipoglikemi sering terjadi
pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah. Pada ibu DM terjadi transfer
glukosa yang berlebihan pada janin sehingga respon insulin juga meningkat pada
janin. Saat lahir di mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa
berhenti sedangkan respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism)
sehingga terjadi hipoglikemi. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru
lahir, karena dapat menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak.
Bila tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf
pusat bahkan sampai kematian. Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada
bayi dari ibu dengan diabetes melitus.
1.
Glukosa merupakan sumber kalori
yang penting untuk ketahanan hidup
selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca
lahir.
2. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada
karena meningkatkan
penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada asfiksia, hipotermi,
hipertermi, gangguan pernapasan.
C. Penyebab
1. Dosis
suntikan insulin terlalu banyak.
Saat menyuntikan obat insulin, anda harus tahu dan paham
dosis obat yang anda suntik sesuai dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya,
terkadang pasien tidak dapat memantau kadar gula darahnya sebelum disuntik,
sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan kadar gula darah saat itu.
Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien harus memiliki monitor
atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan
atau makan terlalu sedikit.
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin
dengan kerja lambat dua kali sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum
makan. Kadar insulin dalam darah harus seimbang dengan makanan yang dikonsumsi.
Jika makanan yang anda konsumsi kurang maka keseimbangan ini terganggu dan
terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas
terlalu berat.
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang
mirip dengan insulin. Saat anda berolah raga, anda akan menggunakan glukosa
darah yang banyak sehingga kadar glukosa darah akan menurun. Maka dari itu,
olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan kadar glukosa darah tanpa
menggunakan insulin.
Alkohol menganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga
kadar glukosa darah akan menurun.
5. Menggunakan
tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan
anda mengkonsumsi obat diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara
lambat. Jika anda salah mengkonsumsi obat misalnya anda meminum obat insulin
kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi, anda akan mengalami
hipoglikemia.
6. Penebalan di
lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi mereka yang menggunakan suntikan insulin
agar merubah lokasi suntikan setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu
lama pada lokasi yang sama akan menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini
akan menyebabkan penyerapan insulin menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu
pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu
yang dianjurkan. Anda harus mengetahui dan mempelajari dengan baik kapan obat
sebaiknya disuntik atau diminum sehingga kadar glukosa darah menjadi seimbang.
8. Penyakit yang
menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat
menurunkan penyerapan glukosa oleh usus. Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu
ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa. Insulin yang kadung beredar ini
akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa yang baru
menggantikannya.
9. Gangguan
hormonal.
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon
glukagon. Hormon ini berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon
ini maka pengendalian kadar gula darah menjadi terganggu.
10. Pemakaian aspirin dosis
tinggi.
Aspirin dapat menurunkan kadar gula darah bila dikonsumsi
melebihi dosis 80 mg.
11. Riwayat hipoglikemia
sebelumnya.
Hipoglikemia yang terjadi sebelumnya mempunyai efek yang
masih terasa dalam beberapa waktu. Meskipun saat ini anda sudah merasa baikan
tetapi belum menjamin tidak akan mengalami hipoglikemia lagi.
C. Faktor Resiko
1. Bayi dari ibu dengan diabetes.
Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol memiliki kadar glukosa darah yang
tinggi yang bisa melewati plasenta sehingga merangsang pembentukan insulin pada
neonatus. Saat lahir, kadar glukosa darah tiba-tiba turun karena pasokan dari
plasenta berhenti, padahal kadar insulin masih tinggi, sehingga terjadi
hipoglikemia. Pencegahannya adalah dengan mengontrol kadar glukosa darah pada
ibu hamil.
2. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK
biasanya lahir dari ibu dengan toleransi glukosa yang abnormal.
3. Bayi kecil untuk masa
kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi sudah mengalami kekurangan gizi,
sehingga tidak sempat membuat cadangan glikogen, dan kadang persediaan yang ada
sudah terpakai. Bayi KMK mempunyai kecepatan metabolisme lebih besar sehingga
menggunakan glukosa lebih banyak daripada bayi yang berat lahirnya sesuai untuk
masa kehamilan (SMK), dengan berat badan yang sama. Meskipun bayi KMK bugar,
bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan lebih banyak perhatian. Bayi KMK perlu
diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih hipoglikemia, sehingga memerlukan
pemberian suplementasi dan kadang memerlukan cairan intravena sambil menunggu
ASI ibunya cukup.
4. Bayi kurang bulan.
Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk pada trimester ke-3
kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal, persediaan glikogen ini
terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.
5. Bayi
lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai berkurang.
Asupan glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin menggunakan cadangan
glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal sedikit, sehingga bayi mudah
mengalami hipoglikemia.
6. Pasca asfiksia. Pada
asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak sekali memakai
persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram glukosa hanya menghasilkan
2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram glukosa bisa menghasilkan 38 ATP.
7. Polisitemia. Bayi
dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya hipoglikemia dan
hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi perlambatan aliran darah.
8. Bayi yang
dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang terlambat. Bayi dapat
mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah tidak mencukupi
9. Bayi
yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu hamil
dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan metabolisme yang
tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar dibandingkan bayi lain.
10. Bayi sakit. Bayi
kembar identik yang terjadi twin to twin tranfusion, hipotermia, distress
pernapasan, tersangka sepsis, eritroblastosis fetalis, sindrom
Beckwith-Wiedermann, mikrosefalus atau defek pada garis tengah tubuh,
abnormalitas endokrin atau inborn error of metabolism dan bayi stres lainnya,
mempunyai risiko mengalami hipoglikemia.
11. Bayi yang lahir
dari ibu yang bermasalah. Ibu yang mendapatkan pengobatan (terbutalin,
propanolol, hipoglikemia oral), ibu perokok, ibu yang mendapat glukosa intra
vena saat persalinan, dapat meningkatkan risiko hipoglikemia pada bayinya.
D. GEJALA
Pada awalnya
tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan melepasakan
epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin
merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala
yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran,
pingsan, jantung berdebar-debar, dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang
lebih berat menyebabkan berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing,
bingung, lelah, lemah, sakit kepala, perilaku yang tidak biasa, tidak mampu
berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan koma. Hipoglikemia yang
berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang permanen. Gejala
yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadi secara
perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang
memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral.
Pada penderita
tumor pankreas penghasil insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah
puasa semalaman, terutama jika cadangan gula darah habis karena melakukan
olahraga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya terjadi serangan hipoglikemia
sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi dan lebih berat.
Tanda
Gejala
a. Gerakan gelisah (Jitteriness) atau tremor
b. Sianosis.
c. Kejang
d. Letargi dan menyusui yang buruk.
e. Apnea.
f. Tangisan yang lemah atau bernada tinggi.
g. Hipotermia.
h. Kesulitan makan
i. Keringat banyak
j. Mual muntah
E. Penatalaksanaan
1.
Monitor Pada
bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM) perlu dimonitor dalam 3 hari
pertama : Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam. Ulangi tiap 6 jam
selama 24 jam atau sampai pemeriksaan glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan.
Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani hipoglikemia.
2.
Hipoglikemia
harus diperlakukan sesegera mungkin untuk mencegah komplikasi kerusakan
neurologis. Awal makan bayi yang baru lahir dengan ASI atau susu formula
dianjurkan. Bagi mereka yang tidak mampu untuk minum, selang nasogastrik dapat
digunakan. Andalan terapi untuk anak-anak yang waspada dengan perlindungan
jalan nafas utuh termasuk jus jeruk pada 20 mL / kg.
3.
Bagi
mereka yang tidak bisa melindungi jalan napas mereka atau tidak dapat minum,
rute nasogastrik, intramuskular, intraosseous, atau IV dapat digunakan untuk
obat berikut digunakan untuk meningkatkan kadar glukosa: dekstrosa, glukagon,
diazoxide, dan octreotide. Laporan kasus telah menunjukkan bahwa nifedipin
dapat membantu untuk mempertahankan normoglikemia pada anak dengan PHHI.
Kortisol tidak boleh digunakan, karena memiliki
manfaat akut minimal dan dapat menunda diagnosis penyebab hipoglikemia.
Kortisol merangsang glukoneogenesis dan menyebabkan penurunan penggunaan
glukosa, yang mengarah ke peningkatan glukosa darah secara keseluruhan dan
dapat menutupi penyebab sebenarnya dari hipoglikemia.
Pengobatan Hipoglikemia
Neonatus
a) Hipoglikemia asimptomatik
Jika pemeriksaan uji dextrostix
menunjukkan kadar gula darah rendah, harus dikuatkan oleh pemeriksaan
laboratorik. Bila hasil pemeriksaan laboratorik juga menunjukkan kadar gula
rendah (hipoglikemia), diberikan infus gltikose 6-8mg/kg BB/menit sampai kadar
glucose darah menjadi normal.
b) Hipoglikemia simptomatik
Bila klinik dan uji dextrostix
menunjukkan hipoglikemia, keadaan ini harus dikuatkan oleh pemeriksaan
laboratorik. Infus glukose harus segera dimulai (glukose peroral bukan
merupakan pengan adekuat untuk hipoglikemia simptomatik). Glukagon bisa
diberikan selama terpasang infus glukose. Jika pemeriksaan laboratorik
menunjukkan hipoglikemia dan gejala hilang sesudah pemberian glukose IV, ini
membuktikan adanya hipoglikemia simptomatik. Pengobatan dilanjutkan dengan
glukose parenteral 8 10 mg/kg BB/ menit. Makanan rikan NaCl (2-3
meq)/kgBB/hari sesudah 12 jam untuk mencegah hiponatremia. Dua puluh empat jam
kemudian diberikan KC1 1-2 meq/kgBB/hari. Kadar gula darah dipantau setiap 4-6
jam sampai kadar gula darah tetap normal. Selanjutnya glucose hipertonik ini
secara perlahan-lahan dikurangi kecepatan tetesannya (10864 mg/kgBB/menit)
dengan larutan glukose 5% untuk mencegah reaksi hipoglikemia.
Pengobatan glukose parenteral ini
biasa diperlukan 4872 jam. Penderita semacam ini berjumlah 15% kasus dan
disebut hipoglikemia simptomatik transient.
c
) Hipoglikemia neonatus menetap/berulang
Sejumlah kasus (1-12%) yang gejala
kliniknya menetap/berulang meskipun sudah diberikan glukose IV 12-16
mg/kgBB/menit, maka harus dipikirkan penyebab primemya. Diambil darah 5-10 cc
sebelum dan sesudah pemberian glukagon (30 mikrogram/kgBB IV/IM/IC tidak lebih
dari .1 mg).
Bayi
Makan makanan hidrat arang yang sering telang digunakan
dengan hasil bervariasi. Sekarang telang digunakan pengobatan dengan pemberian
makanan melalui naso gastric drips. Kurang lebih 1/3 dari energi total
sehari diberikan dalam bentuk glukose dengan kecepatan 46 mg/kgBB/menit selama
malam hari dengan menggunakan pompa otomatis. Makanan pagi harinya harus
diberikan sebelum sonde dicabut. Pengobatan ini akan memperbaiki asidosis
kronis, zat-zat kimia darah menjadi normal, perdarahan hidung berhenti,
mengecilnya hepatomegali dan diikuti dengan percepatan pertumbuhan.
Anak
Hipoglikemi Akietosis :Pengobatan dasar dan penyakit ini
terdiri atas tindakan sederhana menghindari puasa lebih dari 1 jam dan hindari
penyebab-penyebab muntah. Jika hal ini tidak mungkin maka dapat dilakukan
pencegahan dengan minum air gula (air jeruk manis) pada malam hari selama
beberapa tahun sampai anak mencapai umur kurang lebih 8 tahun.
Dalam keadaan serangan
hipoglikemia diberikan segera 1-2 ml glukose 50%/kgBB IV, dilanjtkan dengan
infuse glukose 10%. Diet tinggi protein tinggi hidrat arang dengan pemberian
4-5 kali/hari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipoglikemia
ialah suatu penurunan abnormal kadar gula darah atau kondisi ketidaknormalan
kadar glukosa serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai
kadar glukosa di bawah 40 mg/dL setelah kelahiran berlaku untuk seluruh bayi
baru lahir atau pembacaan strip reagen oxidasi glukosa di bawah 45 mg/dL yang
dikonfirmasi dengan uji glukose darah.
Penyebab
hipoglikemia yaitu dosis suntikan insulin terlalu banyak, lupa makan
atau makan terlalu sedikit, aktifitas terlalu berat, minum alkoholtanpa disertai makan, menggunakan tipe
insulin yang salah pada malam hari,penebalan di lokasi suntikan, kesalahan
waktu pemberian obat dan makanan,penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan
glukosa, gangguan hormonal, pemakaian aspirin dosis tinggi, riwayat
hipoglikemia sebelumnya.
Secara
garis besar hipoglikemia dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu: kelainan yang
menyebabkan pemakaian glukosa berlebihan dan produksi glukosa kurang.
Gejala
hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus
buah, air gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia
(terutama penderita diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena
efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik
penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti dengan
makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau
biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin
untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena
untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko
mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah
dalam waktu 5-15 menit. Tumor penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan.
Sebelum pembedahan, diberikan obat untuk menghambat pelepasan insulin oleh
tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita diabetes yang sering mengalami
hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia dengan sering makan dalam
porsi kecil.
C.
Saran.
· Kepada klien
agar lebih mengetahui tentang hipoglikemi baik pengertian maupun gejalanya,
sehingga apabila dijumpai tanda gejala hipoglikemi tersebut maka klien segera
ke tempat pelayanan kesehatan.
· Kepada
tenaga kesehatan terutama bidan agar dapat memberi penanganan segara bila
menemui kasus hipoglikemi, sehingga tidak terjadi komplikasi yang berlanjut.
· Kepada
pembaca agar memahami apa itu hipoglikemi dan pencegahan yang dapat di lakukan,
sehingga pembaca dapat menerapkan prinsip preventif sebelum kuratif.
DAFTAR PUSTAKA
Ladewig, Patricia. 2006. Buku Saku Asuhan Neonatus, Bayi Baru
Lahir. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Namane ndak di ganti yaa
BalasHapusNamane ndak di ganti yaa
BalasHapus